Rabu, November 12, 2008

LIDYA : Ikutan Pilgub Jatim Putaran Kedua

Selasa tanggal 04 November, ada pesta besar di Jawa Timur, katanya sih pesta demokrasi……………………hi hi hi begitu orang orang gedhe nyebutnya. Pemilihan Gubernur. Waktu itu, sekolahku diliburkan, jadi bisa ikutan deh (pasti nggak percaya?!). Kudengar, ada dua pasangan calon, satunya perempuan dan pasangannya. Satunya lagi, namanya pakde Karwo dan pak Saiful, ( yang terakhir, kutahu dari iklan TV, …… soalnya sering liat sihhhh)
Usiaku baru 4 tahun, tapi hari itu, aku nyoblos lho!, 4 kali malah, he he he he. (Stttt………, mau tau ceritanya khan..?)
Pagi itu, jam 8, kuperhatikan eyang putri mulai bersiap rapi, katanya mau datang ke tempat coblosan. (Apa maksudnya aku nggak ngerti). Pokoknya aku ikut aja, saat eyang mengajakku. Dengan berjalan kaki, aku menggandeng tangan eyang menuju suatu tempat. Oh, ini, begitu sampai, aku melihat ada beberapa orang yang duduk didepan. Mereka sibuk menulis dan memanggil nama orang yang datang. Aku ikutan aja masuk. Hi hi hi…………………mana mereka tahu, kalau aku mo ikutan memilih juga. Setelah antre, aku yang ngambilin kertas, yang aku nggak tahu sisinya. (dipikir orang ditempat coblosan, pasti aku cuma megangin kertas milik eyang, padahal, ho ho, aku yang mau nyoblos??????). Bersama eyang, aku masuk ke dalam sebuah kotak besar. Eyang buka kertas yang diambilnya, ternyata disitu ada gambar cewek, cowok, disampingnya cowok lalu cowok lagi. Sip, kuambil benda yang ada di meja, lalu kupilih gambar cewek. ( Mau tahu kenapa?, abisnya eyang cewek sih……………) lalu kita keluar. Dengan percaya diri, aku juga yang pegang kertas itu lagi, hingga badanku diangkat eyang untuk memasukkan ke dalam kotak yang lubanynya kuecil. Saat eyang putri nyelupin tangannya di tempat yang ada hitam hitamnya, aku juga tidak mau ketinggalan. Uh, senang dan lega deh, aku ikut coblosan.
Begitu sampai rumah, kulihat eyang kakung, masih sibuk nonton TV. Kugandang tangannya, lalu kusuruh mandi. Eyang kakung, juga harus ikutan nyoblos ( padahal, karena aku mo ikutan nyoblos gambar lagi, he he habis asyik sih,kayak main gitu!). Setelah eyang kakung rapi, aku pun berangkat (Hi hi hi, kedua kalinya kita pergi ke tempat coblosan) Karena udah nggak ramai, begitu tiba di tempat coblosan, eyang kakung bisa langsung mengambil kertas mirip punya eyang putri tadi. Aku tahu pasti isinya gambar lagi. Semua gerak gerik eyang kakung kuikuti,hingga masuk kotak besar. Setelah didalam kotak, eyang mulai membuka gambar. Eyang bingung ( Wah aku sih, siap memilihkannya).
( Kayaknya aku kenal deh sama gambar ini, laki laki dengan brengose-kumis. Ini nih pak de Karwo yang bisa muncul di TV. Aku sering lihat. Ya udah deh, untuk eyang kakung ku coblos gambarnya. Waw puasss banget, begitu kita pulang. Tentuny setelah eyang masukin gambar ke kotak, dan mencelupkan tanggannya di benda berwarna hitam. Aku juga tak ketinggalan…………………….
Tiba di rumah, kulihat ayah, ini nih batinku bersorak, aku bakalan nyoblos yang ketiga kalinya. ( pikirku, kira kira apa ya yang mesti kupilih ?)
He he, kalau ayah ma nggak pake nunggu lama. Begitu eyang kakung pulang, ayah langsung berangkat, tentu saja tak melupakan keberadaanku. ( Wuih sambil aku senyum senyum, kita jalan bareng) Begitu tiba ditempat coblosan, nggak lama ayah langsung dipanggil. Lagi lagi, ditemani ayah, aku yang ngambilin kertas, dan masuk bersama aku ke kotak besar. Aku makin hafal, soalnya sudah ketiga kalinya masuk kotak besar. Ayah yang berada dibelakangku, Cuma melihat. Tadi sudah ada cewek, lalu pak Karwo. (Nah ini, aku juga ingat, di rumah aku sering dengar orang menyebut nama Saiful Saiful). Aku masih ingat gambar wajahnya. Kuambil alat dimeja, lalu kucoblos gambarnya………………… sambil tersenyum. Aku lipat, lalu didampingi ayah (kebalik nggak seeeeh???) kami keluar. Begitu sampai didepan kotak besar,tubuhku diangkat ayah memasukkan kertas kedalamnya. Ah puas….. dan saat ayah mencelupkan tangannya dalam benda hitam, akupun ikutan. Dan kita pulang.
Di halaman, aha ada mama. Aku tahu mama juga mau ke tempat coblosan. dia kesempatana ku, aku bakalan nyoblos lagi he he he, pengalaman yang sangat mengasyikkan. (bayangkan?!, mo 4 kali aku nyoblos gambar!!, hehe he?!!) Di depan rumah langsung kusambut mama, dan kita berangkat lagi ke tempat coblosan. ( Jalan bolak balik capek sih, tapi senengnya bisa ikutan nyoblos gambar). Begitu tiba, karena sepi nggak ada orang, mama langsung ambil kertas didepan orang orang yang dari pagi tadi kulihat sibuk. Setelah mama pegang kertas, lalu kita masuk ke kotak besar lagi. Kertas kubuka, mama melihatku.( Aku tahu maksud mama, minta dipilihkan pasti, he he he) Untuk yang keempat kalinya ini, aku bingung. Habis semua sudah kucoblos. (eyang putrid kupilihkan gambar cewek, lalu eyang kakung gambar pak Karwo, buat ayah gambar Pak Saiful, berarti tinggal satu yang belum). Nah, karena sudah nggak ada pilihan, ku coblos saja gambar cowok disamping cewek berkerudung (beres deh, semua sudah ku coblos satu satu). Kulipat kertas, dan kami keluar keluar. Kini, giliran mama yang memasukkan kertas ke kotak Lalu, balik lagi celupkan jariku ke tinta. Wah, ada 4 kali jariku yang ada tintanya………… .
Waduh, susah rasanya menggambarkan, bagaimana perasan hatiku, seneng, puas, lega, soalnya ini baru pertama aku ikut coblosan, empat kali lagi!?. Bayangkan, mana ada teman teman yang punya pengalaman sepertiku. Di pemilihan Gubernur Jawa Timur tahap kedua, aku bisa memilihkan gambar untuk semua orang di rumah, empat empatnya ku coblos. (itu namanya baru adilll……….). Ternyata asyik juga ya ikutan orang gedhe, tinggal milih mana yang disuka?!. ( Kayak main main gitu). SSStttt, sebenarnya tadi aku nggak mau cerita lho, kecuali ke teman teman kecilku. Jangan bilang ini ke siapapun ya,. . . . . ( hi hi hi… . . soalnya ini rahasia antara aku, eyang kakung, eyang putri, ayah dan mama).

Selasa, November 11, 2008

8 Trik Mencetak Anak Berprestasi

1) Sediakan peralatan yang mendorong anak belajar.
Misalnya bahan permainan yang merangsang rasa ingin tahu anak, seperti puzzel, alat lukis, lego, komputer,dll.

2) Ciptakan Kehidupan Teratur Dalam Keluarga
Rumah tangga yang harmonis, dengan kasih sayang yang rata pada seluruh anggota keluarga sangat mendukung perkembangan kemampuan anak.

3) Bacakan Cerita
Mendongeng bisa mendorong kemampuan membaca anakdan kosa kata anak serta pengalaman mereka.

4) Ciptakan Suasana Gemar Membaca
Dengan mempunyai kesukaan membaca, anak belajar menyerap pelajaran dan memperluas pengetahuan.

5) Dampingi Anak Saat Mengerjakan PR
Menndampingi anak mengerjakan PR adalah saaat yang tepat untuk mengajari mereka cara mengerjakan soal yang baik, bagaimana memahami pertanyaan, mana yang harus dikerjakan dulu, dllnya.

6) Berkolaborasi Dengan Guru di Sekolah
Menjalin hubungan yang baik dengan guru disekolah punya banyak keuntungan. Diantaranya kita bisa memperoleh informasi perkembangan anak, dan mendorong anak bersikap baik di sekolah.

7) Masukkan Anak ke sekolah yang baik
Keberhasilan anak disekolah ditentukan oleh standar keberhasilan di sekolah. Standar yang tinggi bisa memacu anak untuk mencetak prestasi lebih baik. Tapi standar tersebut harus disesuaikan dengan karakteristik anak.

8) Ajari Disiplin
Ajari anak disiplin. Ini sangat penting dengan mengajarkan disiplin mereka mengerti mengatur waktu kapan belajar. Jangan lupa bantu anak untuk berkonsentrasi dan mengingatkan waktu disiplinnya. (Esi/ sumber: Edy Gustian, S.Psi, anakcerdas dengan prestasi rendah)
Tabloid Ibu & Anak

Senin, November 10, 2008

Pneumonia, Penyebab Kematian Balita Nomor Satu

Pneumonia adalah penyakit saluran nafas bagian bawah, merupakan penyebab kematian utama pada bayi usia di bawah lima tahun (Balita), khususnya di negara-negara berkembang.
Pneumonia seolah menjadi penyakit yang 'terlupakan', padahal sekitar dua juta Balita setiap tahun meninggal dunia, karena penyakit itu jauh melebihi kematian yang disebabkan AIDS, Malaria dan Campak, kata dr. IGG Djelantik Sp A,C, Kamis (23/10).
Dilaporkan, di kawasan Asia - Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 Balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak setiap jam. Secara nasional angka kejadian Pneumonia belum diketahui secara pasti, data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun 2007.
Dalam laporan tersebut disebutkan, dari 31 provinsi ditemukan 477.429 anak Balita dengan pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh Balita di Indonesia. Proporsinya 35,02 persen pada usia di bawah satu tahun dan 64,97 persen pada usia satu hingga empat tahun.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang merupakan provinsi dengan angka kematian Balita tertinggi (102/1.000 kelahiran hidup) di Indonesia, angka kejadian pneumonia berat 21 per 100 anak yang di-observasi selama satu tahun.
Pneumonia yang dirawat di rumah sakit 83 per 100 anak dan Pneumonia yang secara radiologik menunjukkan 18 per 100 anak yang di-observasi selama satu tahun. Tidak mengherankan kalau di NTB, pneumonia juga merupakan penyebab kesakitan dan kematian terbanyak pada Balita.
Lebih lanjut dikatakan, dengan mengutip data-data WHO dan Unicef, 50 persen dari Pneumonia disebabkan oleh kuman 'Streptokokus pneumoniaen' (IPD) dan 30 persen oleh Haemophylus Influenza type B (Hib), sisanya oleh virus dan penyebab lain.
Secara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh 'Streptokokus pneumoiae' (pneumococcal disease), di dalamnya 700.000 hingga satu juta Balita terutama berasal dari negara berkembang.
Dalam tuntutan menurunkan angka kematian Balita menjadi duapertiga pada tahun 2015, maka sudah seharusnya semua negara, khususnya negara-negara berkembang, kembali memberikan perhatian terhadap pneumonia.
Mengenai upaya yang dilakukan, menurut Djelantik, perlu dilakukan beberapa upaya untuk menekan kematian Balita akibat Pneumonia, antara lain penerapan Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) dalam menangani Balita sakit, serta pemberian nutrisi dan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif.
Di samping itu perlu dilakukan perbaikan lingkungan dan pemberian imunisasi Hib dan IPD, imunisasi Hib dan 'Streptokokus penumonia' (IPD) diharapkan mampu melindungi anak Balita dari ancaman kematian oleh pneumonia, radang selaput otak (meningitis) dan baktermia yang disebabkan oleh kedua kuman tersebut.
Khusus IPD, katanya, telah banyak dilaporkan kebal (resisten) terhadap berbagai antibiotika yang ada, sehingga imunisasi merupakan pilihan utama untuk mencegah kejadian dan kematian akibat penyakit yang ditimbulkan Pneumonia.
Program imunisasi telah diyakini mempunyai kontribusi dalam menekan angka kematian Balita, permasalahannya adalah bagaimana memasukkan vaksin Hib dan IPD dalam program pengembangan imunisasi.
Kedua vaksin tersebut telah terbukti memberikan perlindungan hingga 98 persen pada bayi yang telah memperoleh imunisasi, untuk itu diperlukan dukungan berbagai pihak agar upaya penekanan kematian Balita akibat Pneumonia menjadi prioritas. (kpl/bun)


kapanlagi.com

Curah Hujan Bisa Tingkatkan Autisme

Dari hasil penelitian terbaru yang direkam dalam Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, dikabarkan bahwa peningkatan curah hujan atau sesuatu yang berkaitan dengannya bisa jadi berhubungan dengan perkembangan autisme.
Teori autisme curah hujan dilandasi atas catatan kesehatan anak dan cuaca dari tiga negara bagian AS, tapi telah disambut dengan sangat hati-hati oleh badan amal penelitian Inggris.
Para peneliti memperhitungkan rata-rata curah hujan tahunan di California, Oregon dan Negara Bagian Washington antara 1987 dan 1999, dan kemudian meneliti angka prevalensi autisme di dalam pertumbuhan anak selama masa itu.
Studi tersebut mendapati angka autisme lebih tinggi di kalangan anak yang negara bagiannya menerima curah hujan lebih tinggi selama tiga tahun pertama mereka.
Peningkatan angka autisme - yang naik, berdasarkan beberapa ukuran, dari satu di antara 2.500 menjadi satu dari 150 - terutama disebabkan oleh peningkatan cara dokter untuk dapat mendiagnosis penyakit tersebut, demikian pendapat beberapa ilmuwan.
Namun, para peneliti dari Cornell University tak sependapat, dan mengatakan bahwa penelitian seperti itu tak bisa menghilangkan satu faktor yang mungkin secara terpisah meningkatkan jumlah anak yang tumbuh dalam kondisi itu begitu saja.
Mereka mendapati bahwa angka dapat dikaitkan dengan jumlah curah hujan di negara bagian mereka di antara tanggal-tanggal itu. Dari hasil penelitian itu ditemukan bahwa prevalensi autisme lebih tinggi bagi kelompok kelahiran yang mengalami curah hujan yang relatif tinggi ketika mereka berusia lebih muda dari tiga tahun
Mereka juga menjelaskan bahwa tak satu pun dari semua itu lebih dari sekedar teori. Namun penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah kaitan tersebut memang nyata memang masih dibutuhkan. (kapan lagi.com)

Sabtu, November 08, 2008

Si sensitif